Daun sirih merah mengandung flavonoid, senyawa polevenolad, dan minyak atsiri sehingga dapat menjadi antiseptik herbal. Hasil penelitian Yuli Widiyastuti dari Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Kemenkes menemukan fakta sirih merah meskipun aroma daunnya tidak terlalu kuat ternyata memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup tinggi yaitu sebesar 0,6%.

Prof. Dra. Zullies Ikawati, PhD., Dosen Farmasi UGM, Ketua Program Studi Magister Farmasi Klinik saat Webinar “Pemanfaatan Minyak Atsiri dalam Penanganan COVID-19”, pada Rabu, 20 Mei 2020 menilai bahwa minyak atsiri berpotensi untuk dikembangkan menjadi obat dalam perawatan COVID-19, namun perlu dipertimbangkan “posisi” yang akan diambil dalam terapi COVID-19.
“Klaim yang disampaikan harus sesuai dengan data yang tersedia, jangan over klaim. Perlu informasi yang tepat kepada masyarakat, agar tidak misleading, yang mengarah kepada penggunaan yang salah- yang justru merugikan,” ujarnya Zullies.
Kepala Balitbangtan Kementerian Pertanian (Kementan), Fadjry Djufry mengatakan, akan melakukan kajian mendalam untuk pemanfaatan minyak atsiri karena berpotensi mampu menghambat dan mencegah COVID-19. Salah satu senyawa dari minyak atsiri yang telah banyak dilaporkan sebagai antivirus dan antimikroba adalah 1,8-cineol.
1.8-Cineol yang dikenal juga sebagai Eukaliptol atau 1,8-epoxy-p-menthane, cajeputol) merupakan eter yang tidak larut dengan air namun dapat bercampur dengan baik dalam petroleum eter, etanol, serta kloroform.
Penggunaan minyak atsiri dilaporkan dapat menekan kemampuan infeksi virus hingga >96 persen dengan adanya kandungan 1,8-cineol. Minyak atsiri ini juga dapat melindungi hewan percobaan dari infeksi virus influenza A yang disebabkan oleh virus RNA dari famili Orthomyxoviridae (virus influenza).
Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa perlakuan 1,8-cineol dapat meningkatkan perlindungan terhadap infeksi virus influenza termasuk . virus influensa H1N1 yang memiliki gejala yang mirip denganCOVID 19 yaitu menyerang saluran pernafasan.
